Membangun generasi muda yang cerdas, sehat, dan berkarakter merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Salah satu langkah konkret dilakukan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Halongonan dengan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di SMAN 1 Kecamatan Halongonan,
Gunungtua (Humas), Membangun generasi muda yang cerdas, sehat, dan berkarakter merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Salah satu langkah konkret dilakukan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Halongonan dengan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di SMAN 1 Kecamatan Halongonan, Kamis (07/08).
Kegiatan ini mengangkat tema “Cegah Pernikahan Dini bersama Siswa-siswi SMAN 1 Kecamatan Halongonan”, dan diikuti dengan antusias oleh ratusan pelajar. Kegiatan berlangsung di aula sekolah dengan suasana edukatif dan dialogis. Para siswa tampak serius menyimak setiap materi yang disampaikan oleh tim dari KUA, bahkan banyak yang aktif bertanya dan berdiskusi.
"Sering kali yang terjadi adalah penyesalan di kemudian hari. Banyak anak muda yang menikah di usia belia akhirnya mengalami tekanan, ketidakcocokan, bahkan perceraian. Ini bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga generasi yang akan lahir dari pernikahan tersebut," jelasnya.
Martua juga menyampaikan bahwa saat ini, regulasi pernikahan telah diperketat. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 30 Tahun 2024, usia minimal untuk menikah bagi laki-laki maupun perempuan adalah 19 tahun. Ketentuan ini bertujuan melindungi remaja dari praktik pernikahan usia anak yang masih marak terjadi di berbagai wilayah.
Selain isu pernikahan dini, peserta juga diberikan pemahaman tentang pentingnya pencegahan pelecehan seksual, yang menjadi ancaman nyata bagi pelajar di era digital. Siswa dibekali cara membentengi diri, mengenali tanda-tanda kekerasan seksual, serta berani bersuara dan melapor jika mengalami atau menyaksikan tindakan yang tidak pantas.
"Bukan menikah di usia muda yang akan membawa kebahagiaan, tetapi belajar dengan sungguh-sungguh, memiliki cita-cita, dan menjaga diri dari pergaulan bebas. Masa depan itu dibangun, bukan diandalkan," katanya memberi semangat.
Sementara itu, Raja Pangulu Siregar, Penata Layanan Operasional KUA, memberikan dorongan kepada peserta agar menjadi bagian dari generasi perubahan
"Kalian adalah calon pemimpin. Kalian bisa menjadi guru, dokter, arsitek, bahkan bupati. Tapi itu semua hanya bisa diraih jika kalian serius membangun diri sejak sekarang," ujarnya.
Menurut Martua Raja Daulay, pembinaan usia sekolah seperti ini sangat strategis karena remaja berada di fase yang penuh tantangan, baik dari pengaruh lingkungan maupun media sosial. Oleh karena itu, kolaborasi antara KUA dan sekolah sangat penting untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat, aman, dan mendukung pertumbuhan karakter generasi muda.
Salah seorang siswi kelas XI juga menyampaikan kesannya usai mengikuti kegiatan.
"Biasanya kami hanya dengar soal bahaya pernikahan dini dari guru atau media sosial. Tapi hari ini kami langsung berdiskusi dengan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pernikahan. Saya jadi lebih mengerti dan yakin untuk fokus belajar dulu," tuturnya.
Kegiatan ditutup dengan pesan inspiratif dari para narasumber dan penyelenggara. Harapannya, para pelajar tidak hanya menyerap informasi, tetapi juga benar-benar menginternalisasi nilai-nilai yang telah disampaikan.
"Stop kekerasan seksual dan pernikahan dini demi terwujudnya generasi muda yang sehat dan berkarakter menuju INDONESIA EMAS 2045." (Miftah RR)